KiosCasino Menyediakan Permainan Sbobet, Sportbook, SLOT GAME, LIVE CASINO Untuk Keterangan Lebih Lanjut Silahkan Hubungi Live Chat Kami :).

HASRATKU TERLAMPIASKAN KEPADA PARA LELAKI PERKASA Part2

No Comments
HASRATKU TERLAMPIASKAN KEPADA PARA LELAKI PERKASA Part2

          Cersex - Entah Sudah berapa lama kami tidur dengan posisi seperti itu ketika kurasakan ada sesuatu yang menggelitik vaginaku, kubuka mataku untuk menepis kantuk, ternyata Rino berusaha memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang dengan posisi seperti itu. 

Kuangkat sedikit kaki kananku untuk memberi kemudahan padanya, lalu kembali dia melesakkan penisnya ke dalam vaginaku, aku masih tidak melepaskan pelukanku dari Edwin sementara Rino mulai menyetubuhiku dari belakang dengan perlahan sambil meremas remas buah dadaku. Sangat nikmat perasaan itu.


Tanganku pindah ke penis Edwin dan mengocoknya hingga berdiri, tapi anehnya Edwin masih memejamkan matanya, sepuluh menit kemudian kurasakan denyutan kuat dari penis Rino pertanda dia akan orgasme.

Crot.. Cret.. ! Kurasakan banyak sekali semprotan sperma didalam vaginaku.

Tanpa menoleh ke Rino aku pun melanjutkan tidurku, tapi ternyata Edwin sudah terbangun, dia memintaku menghadap ke Rino untuk gantian dia yang menyetubuhiku dari belakang seperti tadi, sambil aku memeluk tubuh Rino dan memegangi penisnya yang sudah mulai melemas.

Dengan sigap penis Edwin menerobos liang vaginaku dari belakang, Berbeda dengan hujaman Rino yang pelan pelan, Edwin melakukan hujaman dengan keras dan kasar disertai remasan kuat di buah dadaku sampai sesekali aku menjerit dalam kenikmatan, cukup lama Edwin menyetubuhiku, hingga aku mengalami orgasme lagi beberapa detik sebelum dia juga mengisi liang vaginaku dengan spermanya juga.



Crot.. Cret.. ! kemudian kami pun melanjutkan tidur yang terputus tadi.

Sampai Kami pun terbangun sekitar pukul delapan ketika telepon tiba2 berbunyi, kuangkat dan ternyata dari Andi.

"pagi bu, udah bangun?" tanyanya dari seberang telpon

"pagi juga Andi, untung kamu bangunin. kalau tidak bisa ketinggalan meeting nih, oke kita ketemu di bawah pukul 9, tolong di atur tempat meetingnya, cari yang bagus" jawabku memberi perintah

"beres bu.." jawabnya

"Edwin, aku ada meeting dengan Pak Reza jam 10, kamu bagaimana?" tanyaku

"lho meetingnya kan juga sama sama aku" jawab Edwin

"oh ya? dia tidak pernah cerita tuh, dia Cuma bilang meetingnya antara aku, dia dan satu orang lagi rekannya"

"oke anyway, aku tak mau datang ke tempat meeting dengan pakaian yang sama dengan kemarin" kata sih edwin

"Ayo mandi lalu.. kita cari pakaian di bawah" kataku

"Rino, kamu boleh tinggal disini atau pergi, tapi yang jelas aku nanti memerlukanmu setelah meeting ya" kataku ke rino sambil menuju ke kamar mandi menyusul Edwin yang mandi duluan.

Kami berdua pun mandi dibawah pancuran air hangat, kami saling menyabuni satu sama lain, dia memelukku dari belakang sambil meremas remas buah dadaku dan menjilati telingaku, kuraih penisnya dan kukocok, tubuh kami yang masih berbusa sabun saling menggesek licin, ternyata membuatku lebih erotis dan terangsang.

Tanpa menunggu lebih lama kuangkat kaki kananku dan mengarahkan penisnya yang sudah mengeras ke belahan vaginaku yang sudah merekah, dengan ketegangan penisnya ditambah air sabun ditubuh kami, maka mudah baginya untuk masuk ke dalam liang sempit hangat milikku, Edwin langsung menancapkan sedalam yang dia bisa.

Pancuran air panas membasahi tubuh kami berdua buat suasana lebih romantis rasanya, penis Edwin keluar masuk dengan mantap buat kami mendesah ringan keenakan, tapi itu tak berlangsung cukup lama sampai ketika Edwin menyemprotkan spermanya lagi ke dalam vaginaku.

"Crot..!" tidak banyak dan tidak kencang memang tapi cukuplah untuk memulai hari ini dengan penuh gairah.

Setelah mandi aku mengenakan pakaian kerja resmi, entah mengapa kupilih pakaian yang resmi tapi santai, mungkin karena terpengaruh perasaanku yang lagi bergairah. maka tanpa bra kukenakan tank top dan kututup dengan blazer untuk menutupi putingku yang menonjol di balik tank top-ku itu, lalu kupadu dengan rok mini sehingga cukup kelihatan resmi, aku merasa sexy dibuatnya.

Kutinggalkan amplop berisi uang di meja dan kucium Rino.

"Kalau kamu mau keluar, ada uang di meja, ambil saja. ntar aku hubungi lagi, kalau mau tinggal ya up to you. be my guest!" bisikku yang dibalas ciuman dan remasan di buah dadaku oleh tangan nakal rino.

Pukul 9:15 kami keluar kamar, bersamaan dengan Andi keluar dari kamarnya juga tepat ketika aku keluar bersama Edwin, dan Rino memberiku ciuman di depan pintu, dia menoleh ke arah kami tapi segera memalingkan wajahnya ke arah lain seolah tidak melihat apa apa, tapi aku yakin dia melihatnya.

"Morning Andi.." sapaku

"eh morning Bu.., ruang meeting sudah aku atur dan semua dokumen sudah saya siapkan, copy file-nya ada di laptop ibu" jawabnya memberi laporan ketika kami menuju lift.

"Thanks Ndi" jawabku singkat.

Kami bertiga terdiam di lift, aku yang biasanya banyak bicara dan mencairkan suasana jadi kaku dan salah tingkah, masih memikirkan apa yang ada di pikiran Andi bahwa aku keluar dari kamar dengan seorang laki laki dan ada laki laki lainnya di kamarku.

"ah! persetan" pikirku, saking kikuknya sampai aku lupa mengenalkan Edwin pada Andi. Dalam kebekuan kuamati Andi dari bayangan di cermin lift, baru kusadari kalau sebenarnya Andi mempunyai wajah tampan dan berwibawa, meski umurnya baru 27 tahun tapi ketegasan tampak di kerut wajahnya. Sedikit lebih tinggi dariku tapi karena aku pakai sepatu hak tinggi, maka kini aku lebih tinggi darinya, postur tubuhnya cukup proporsional karena dia sering cerita kalau fitness secara teratur 3 kali seminggu, aku baru sadar bahwa selama ini aku nggak pernah melihat Andi sebagai seorang laki laki, tapi lebih kepada pandangan seorang Bos ke anak buahnya.

Diluar dugaan, Andi ternyata memergokiku saat mengamatinya, pandangan mata kami bertemu di pantulan cermin.

"Ting", untunglah lift terbuka, aku segera keluar menghindar dari pandangan Andi, kami langsung breakfast setelah terlebih dulu mencarikan Edwin pakaian dan dasi pengganti, meski Shopping Arcade masih belum buka karena terlalu pagi, tapi dengan sedikit paksaan akhirnya mereka mau juga melayani kami.

"Eh Bu Lily, saya kok belum dikenalin dengan Mas ini.." Tanya Edwin bersikap resmi, mengingatkanku akan kekonyolanku pagi ini.

"Oh iya, Andi, ini Pak Edwin, clien dari Pak Reza yang akan menjual produk kita ke Cina yang berarti Clien kita juga, dan nanti Pak Edwin akan gabung dengan kita di meeting" kataku yang disambut uluran tangan Edwin ke Andi.

"Pak Edwin, Andi ini salah satu orang kepercayaan saya, dialah yang in charge nanti, meski baru dua tahun ikut saya.. tapi naluri bisnisnya boleh di uji" lanjutku memuji Andi,

Hal itu biasa kulakukan untuk memperbesar rasa percaya diri anak buah sekaligus supaya clien lebih confident.

Ini adalah breakfast terlama yang pernah aku alami, serba salah tingkah dan yang pasti aku tak berani memandang Andi, entah mengapa. Untunglah Edwin bisa mencairkan suasana dengan berbagai joke-nya.

Bertiga kami masuk ke ruang meeting yang sudah di booking Andi, ternyata cukup nyaman suasananya, tidak seperti ruang meeting biasa yang kaku dan menjemukan, tapi lebih terkesan bernuansa santai tapi serius, Meeting table bulat dengan dikelilingi 6 kursi putar, sementara dipojokan ada sofa dan meja kecil, di ujung yang lain terdapat tea set lengkap dengan electric kettle.

Aku dan Andi duduk bersebelahan menyiapkan dokumen di meja, kuletakkan laptop di depanku, Pak Edwin duduk di sebelah kiriku.

"Ndi.. tolong nyalakan laptop, aku ke toilet sebentar" kataku sambil meninggalkan mereka berdua.

Kuhabiskan sebatang Marlboro di toilet untuk menghilangkan keteganganku dan kurapikan baju dan make up ku.

Pak Reza sudah berada di ruangan ditemani dengan wanita muda dan cantik ketika aku kembali ke ruangan meeting.

"Pagi Pak Reza, pagi Bu.." sapaku sambil menyalami mereka berdua

"Pagi juga Mbak Lily, anda kelihatan cantik pagi ini" kata Pak Reza

"emang selama ini nggak cantik.." jawabku

"Lily" Kataku pada wanita di samping Pak Reza sambil mengulurkan tangan

"Lisa.." jawabnya sambil tersenyum manis

"Hehe.. bukan begitu, tapi pagi ini lebih cantik dan cerah.."

"Oh.. Mbak Lisa, selama ini kita hanya bertemu lewat telepon dan faximile" kataku lagi

"dan sekarang inilah dia orangnya.." lanjut Pak Reza.


Ternyata Andi belum menyalakan laptopku, agak marah juga aku melihat dia tidak melaksanakan perintahku, maka dengan mata melotot ke arahnya kuambil kembali laptopku dari hadapannya lalu kunyalakan. Betapa terkejutnya aku ketika laptop itu menyala, tampak di monitor laptopku seorang wanita sedang telentang menerima sodokan di vaginanya, sementara mulutnya mengulum penis kedua dan tangan satunya memegang penis ketiga, aku baru tersadar kalau sebelum berangkat dari kantor kemarin, saya sempat membuka koleksi pic yang ada di laptop-ku dan karena buru buru, mungkin saat mematikan laptop bukan "shut down" yang aku pilih tapi "stand by".

Mukaku merah dibuatnya, untung tak ada yang memperhatikan, langsung aku "re-booting", kulirik Andi tapi dia menyiapkan document dan tidak memperhatikanku, pantesan dia langsung mematikannya, pikirku. Aku jadi lebih salah tingkah lagi terhadap Andi, tapi segera aku kembali konsentrasi untuk meeting ini.

Meeting dimulai dengan presentasi Andi dan dilakukan tanya jawab, justru yang banyak bertanya adalah Lisa dan itu dilayani dengan cekatan oleh Andi, sementara aku Cuma kadang kadang saja menguatkan pendapat Andi atau membantunya membuat keputusan untuk menerima atau klarifikasi, hal ini kulakukan untuk lebih meyakinkan Lisa maupun Pak Reza disamping untuk memperbesar rasa percaya diri pada Andi. Cukup alot juga pembicaraan antara mereka berdua, tapi aku tak mau mencampuri sebelum dia benar benar kepepet. Aku kagum sama Lisa yang cantik tapi juga piawai dalam negosiasi.

Setelah masalah teknis dan kontrak selesai. sampailah pada masalah harga dan itu adalah tugasku dengan Pak Reza, dengan beberapa alternatif harga yang aku tawarkan akhirnya dicapailah kesepakatan.

"Ndi, kamu revisi dan print di Business Center supaya bisa ditandatangani sekarang juga, jangan lupa materei-nya ya.." perintahku

"baik bu.."jawabnya lalu dia keluar sambil membawa laptopku serta dokumen dokumen yang diperlukan.

Kupesan champagne merayakan kerja sama ini ketika Andi sudah meninggalkan ruangan.

"Selamat Mbak Lily.. semoga sukses dengan kerja sama kita ini" Pak Edwin menyalamiku sambil mencium kedua pipiku.

Aku menyalami lalu memeluk Lisa dan menempelkan pipiku padanya.

"Anda begitu hebat dalam negosiasi.." kataku

Tanpa kuduga dia menjawab berbisik di telingaku.

"terima kasih, Pak Reza tahu lho apa yang terjadi tadi malam di tempat Ibu.."

"oh ya? apa itu.." jawabku kaget

"Pak Edwin menginap di tempat mbak" katanya pelan mengagetkanku

"dan bersama satu orang cowok lagi" lanjutnya

Kulepas pelukannya dan kupandangi Lisa yang masih kelihatan polos itu, lalu pandanganku beralih ke Edwin sebagai protes, tapi dia hanya mengerutkan kening dan mengangkat bahu saja sambil senyum. Tak sempat terbengong lebih lama, Pak Reza menyalamiku.

"Selamat atas kerja sama kita.." katanya sambil menyalamiku dan tak kusangka sangka dia menarik tubuhku ke pelukannya

"I know what you did last night.." katanya sambil mempererat pelukannya dan mengelus elus punggungku.

Aku masih tertegun tak merespon ucapan maupun tindakan Pak Reza, tapi kurasakan buah dadaku tergencet di dadanya saat dia memelukku erat.

"Pak Reza banyak orang, malu ah.." jawabku pelan

"banyak orang? ini kan kita kita juga" jawabnya tanpa melepas pelukannya tapi malah meremas pantatku

Kulirik Pak Edwin, dia hanya bediri di pojok melihat kami, sementara Lisa malah mendekat ke Pak Edwin.

"Mari kita rayakan kerja sama ini dengan penuh persahabatan" bisiknya sambil mencium pipi dan bibirku bersamaan dengan tangannya menyingkap rok miniku hingga ke pinggang,

Aku yakin Lisa maupun Edwin bisa melihat celana dalam model "Thung" yang hanya terdapat penutup segitiga kecil di depan, hingga pasti mereka sudah melihat pantat mulusku.

Ciuman Pak Reza sudah sampai di leherku, dilepasnya blazer yang menutupi bagian luarku hingga tampak tank top pink yang kukenakan dibaliknya. Dengan hanya mengenakan tank top, maka tampaklah putingku yang menonjol di baliknya.

Sebenarnya aku bisa saja menolak cumbuan Pak Reza kalau mau, tapi melihat pandangan Pak Reza yang penuh wibawa dan wajahnya yang galak tegas, membuat aku takluk dalam pelukan dan ciumannya. Bukan ketakutan masalah bisnis, aku yakin sebagai seorang professional dia bisa membedakan antara bisnis dan pribadi, tapi memang pada dasarnya aku juga mau dicumbunya.

Kulihat Pak Edwin sudah berciuman dengan Lisa, sementara tangannya meremas remas buah dada Lisa yang lebih montok dariku itu.

Pak Reza lalu menelentangkan tubuhku di atas meja meeting, disingkapkan rokku dan dari celah celana dalam mini dia mulai menciumi dan menjilati belahan vaginaku dengan gairahnya.

Tiba tiba kami dikagetkan ketukan di pintu, segera aku berdiri dan membetulkan rok miniku dan kuambil blazerku, tapi Pak Reza memberi tanda supaya nggak usah dipakai.

Lisa membuka pintu, ternyata room boy yang mengantar champagne pesananku, Lisa menerima dan menyelesaikan pembayarannya dan dia minta supaya di depan pintu diberi tanda "DO NOT DISTURB", setelah itu Lisa mengunci pintu dan membuka tutup botol champagne dan menuangkan nya untuk kami.

Pak Reza tak mau kehilangan waktu, begitu pintu ditutup, dia kembali memelukku lalu menurunkan tali tank top ku hingga ke tangan, setelah meremas remas sambil mencium leherku, ditariknya lagi tank topku hingga ke perut, maka terpampanglah buah dadaku di depan semua orang.

"wow!, very nice tits, begitu kencang, I love it.." komentar Pak Reza yang lalu kepalanya dibenamkan di antara kedua bukit itu sambil tangannya meremas remasnya.

Ciumannya dengan cepat berpindah ke puncak bukit kembarku dan secara bergantian dia mengulum dari satu puncak ke puncak lainnya. Dengan cepat ciuman Pak Reza turun ke perut dan sampai ke selangkanganku lagi setelah terlebih dahulu melemparkan tank top ke Edwin dan kembali merebahkan aku di meja meeting, dijilatinya vaginaku dari balik celana dalamku.

Edwin mendekatiku dari atas lalu mencium bibirku dan meremas buah dadaku kemudian mengulum putingku, sementara jilatan Pak Reza makin menggila di belahan vaginaku, tapi aku tak berani mendesah. Lisa sudah melepas blazernya hingga kelihatan buah dadanya yang montok menantang dibalik kaos you can see ketatnya, dia hanya duduk memperhatikan kami, tak seorangpun menyentuh champagne yang sudah kupesan, ternyata akulah yang menjadi santapan selamat, bukan champagne itu.

Disaat aku lagi melebur dalam kenikmatan, kembali kami dikagetkan suara handle pintu dibuka, lalu berganti dengan ketukan.

"Andi..?" teriakku panik

Aku tak ingin Andi melihatku dalam keadaan seperti ini, akan mengurangi wibawaku dimatanya. Kudorong kepala Pak Reza dengan halus, aku mencari tank top atau blazerku tapi terlambat, Lisa sudah membuka dengan hati hati pintu itu dan masuklah Andi dengan membawa laptop dan dokumen dokumennya sebelum sempat aku menutupi tubuh atasku.

Kulihat wajah Andi melongo terkaget kaget melihat aku duduk di meja meeting dalam keadaan topless dan kaki di atas kursi, sementara Pak Reza masih jongkok di bawahku dan Edwin ada dibelakangku dengan bertelanjang dada.

"eh.. ma.. ma.. maaf mengganggu" katanya lalu berbalik ke pintu,

Tapi Lisa segera menghalanginya dan menutup kembali pintu itu.

"Udah duduk saja di sini.." jawab Lisa sambil menghalangi pintu itu dengan tubuhnya.

"tapi.. tapi.. tapi ini harus ditandatangani" jawabnya belum sadar dengan apa yang terjadi.

"nggak ada tapi, tanda tangan mah gampang, sini aku Bantu.." kata Lisa sambil mengambil dokumen dan laptop dari tangan Andi dan meletakkannya di meja pojok ruangan di samping champagne..

"taruh di sini saja, kamu lihat sendiri kan mereka sedang sibuk.." kata Lisa sambil menarik Andi duduk disebelahnya di sofa.

Kulihat wajah Andi masih melongo kaget melihat bagaimana tingkah lakuku.

"Sudah terlambat, persetan, apa yang terjadi terjadilah" pikirku

Dan kembali terlentang di meja menuruti permintaan Pak Reza, dipelorotkannya rok mini dan celana dalamku. Pada mulanya agak risih juga bertelanjang di depan Andi tapi selanjutnya sudah tak kuperhatikan lagi kehadiran Andi di ruangan itu, ketika lidah Pak Reza dengan cantiknya kembali menggelitik klitorisku.

Edwin membimbing tanganku dan dipegangkan ke penisnya yang sudah tegang, ternyata dia sudah mengeluarkan penisnya dari lubang resliting, tanpa menunggu lebih lama lagi, kukocok penis itu.

Pak Reza melepas celana dalamku dan dilemparkannya ke arah Lisa dan Andi, ternyata Lisa sudah duduk di pangkuan Andi dan mereka sedang berciuman. Pak Reza menarikku duduk di tepi meja, ternyata dia masih berpakaian lengkap, kubantu melepaskan pakaiannya, lalu aku jongkok di depannya, kupelorotkan celananya, ternyata dia tidak memakai celana dalam, dan wow penisnya yang menegang membuatku terpesona, besar dengan guratan otot di batangnya menonjol dengan jelas.

Segera kujilati kepala penisnya dan memasukkan kepala penisnya ke mulutku, kupermainkan dengan lidahku di dalam, tak tahan diperlakukan seperti itu, Pak Reza menaikkanku kembali duduk di meja, disapukannya kepala penis itu ke bibir vaginaku, pelan pelan dia mendorongnya hingga masuk semua nya.



Uhh! lalu didiamkannya sejenak, maka melesaklah penis kesekian di hari ini untuk vaginaku.

Dia memandangku dengan penuh nafsu, mencium bibirku, lalu mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur menghujam liang vaginaku, tangannya merabah buah dadaku lalu jarinya dimasukkan ke mulutku, kukulum dan kupermainkan jarinya dengan lidahku.

Pak Edwin pun mendekat lalu meremas remas buah dadaku yang satunya, kuraih penisnya yang masih tegang nongol dari lubang resliting itu dan kukocok seirama genjotan Pak Reza. benar benar nikmat persetubuhan itu.

Kudengar desahan dari tempat lain, ternyata Lisa sudah semi telanjang di pangkuan Andi dan sedang mendapat kuluman dan remasan darinya di kedua putingnya, buah dada Lisa yang sangat montok itu hampir menutup wajah Andi yang sedang terbenam di celah celahnya.

Melihat hal itu, Pak Edwin meninggalkan kami menuju ke Lisa dan Andi, segera dia mengulum puting Lisa yang merah menantang berbagi dengan Andi, mendapat kuluman dari dua orang, Lisa sepertinya ingin teriak tapi ditahannya dengan menggigit bajunya.

Setelah puas menyetubuhiku dari depan sambil meremas remas buah dadaku, Pak Reza memintaku berbalik, maka aku berdiri membelakangi dia dan tubuhku membungkuk ke depan bertumpu pada meja, kaki kananku kunaikkan di kursi, Pak Reza kembali melesakkan penisnya di belahan vaginaku, dia menghujam dengan kerasnya hingga meja meeting itu begoyang goyang. Kami berdua mendesah dan mengerang sejadi jadinya.

Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat Lisa sedang duduk di sofa menerima jilatan Andi di vagina  sambil mengulum penis Pak Edwin yang berdiri di sampingnya.

Genjotan Pak Reza serasa menggesek semua sisi dinding vaginaku, begitu nikmat hingga aku melayang terbuai dibuatnya, ingin aku menjerit lebih keras karenanya tapi kutahan dengan menggigit bibirku.

Terbuai oleh kenikmatan dari Pak Reza, tanpa kusadari ternyata Lisa, Andi dan Edwin sudah bergeser ke meja di dekatku, hingga aku bisa melihat dengan jelas bagaimana Andi mempermainkan klitoris Lisa sambil mengocokkan jarinya, ternyata dia sudah mahir juga, batinku. Sementara Pak Edwin berada di antara aku dan Lisa, sambil mengulum puting Lisa dia meremas buah dadaku juga.

Terkaget aku ketika melihat Andi mulai mengusapkan penisnya di belahan vagina Lisa, ternyata penis Andi begitu besar, sepertinya jauh lebih besar dari punya Pak Reza apalagi Pak Edwin, mungkin sama besar dengan punya suamiku tapi dengan bentuk yang melengkung ke atas, benar benar membuatku ingin menikmatinya juga, itu adalah bentuk penis favoritku.

Sepertinya dia kesulitan memasukkan penis besarnya ke vagina Lisa, berulang kali dia berusaha memasukkannya, tapi gagal meski vagina Lisa sudah basah total, dicoba lagi dan dicoba lagi hingga berhasil masuk meski hanya separuh, tapi Lisa sudah menggelinjang gelinjang entah kesakitan atau ke-enak-an.

Kupegang tangannya dan dia meremasnya dengan kuat saat Andi berusaha mendorong lebih dalam, menerobos mili demi mili, penisnya terbenam ke dalam vagina Lisa.

Sementara genjotan Pak Reza juga tak kalah dashyat nikmatnya, goyangannya semakin bervariasi menghunjam vaginaku dari berbagai arah dan gerakan. Tangan kami saling meremas dalam kenikmatan kami masing masing. mengerang ngerang memejamkan mata menerima perlakuan para lelaki haus birahi ini.


Andi mulai menyetubuhi Lisa dengan perlahan dan semakin lama semakin cepat, desah tertahan keluar dari hidung Lisa, dia mendesah kelojotan menerima hujaman penis Andi meskipun pelan menurutku, sambil meremas buah dada Lisa Andi mulai mempercepat dan menyodok dengan keras. Remasan tangan Lisa makin kencang, sekencang hujaman penis Andi pada vaginanya.

"Aaauughh.. eeghh.. sshh.." Racau Lisa tak dapat lagi menahan kenikmatan yang diberikan Andi.

"sstt.." bisikku sambil menutupkan tanganku ke mulutnya, Meski aku sendiri sedang terbakar nafsu dan kenikmatan dengan tergoyang goyang maju mundur oleh bosnya.

Andi menyetubuhi Lisa dengan penuh gairah nafsu, buah dada Lisa yang besar bergoyang goyang liar seiring dengan genjotannya, tapi segera dihentikan dengan kuluman Pak Edwin yang sepertinya nggak rela membiarkan buah dada itu bergoyang sendirian.

Genjotan Pak Reza sungguh bervariasi, baik kecepatan, arah maupun goyangannya, sungguh trampil dia dalam bercinta, membuatku panas dingin dibuatnya.

Setelah puas menyetubuhiku, Pak Reza menarik keluar penisnya, dan digantikan dengan Pak Edwin yang akan menyetubuhiku. Aku berjongkok di kursi dan tanganku bersandarkan sandaran kursi hingga Pak Edwin dengan sigap menghujamkan penisnya ke liang vaginaku dengan doggie style dan tetap menghadap ke persetubuhan Lisa dan Andi. juga Pak Reza yang kini berdiri di sisi Andi menunggu giliran sambil meremas dan mengulum buah dada Lisa yang montok manantang itu menggantikan kegiatan Pak Edwin tadi.

Andi masih tetap mengenjot vagina Lisa semakin ganas, dengan satu kaki Lisa terangkat di pundaknya sedang satu kaki lagi dipegang tangannya dengan posisi terpentang membuat penis Andi melesak masuk ke dalam vagina Lisa hingga menyentuh dinding terdalamnya, dengan disertai dorongan yang keras pasti Lisa sudah terbang ke awang awang kenikmatan merasakan itu.

Andi lalu memiringkan tubuh Lisa hingga dia menghadap ke arahku, lalu dia kembali menyetubuhi vagina berbulu halus Lisa dengan keras, buah dada Lisa ikut bergoyang goyang seirama hujaman penis Andi.

"gila! hebat juga ini anak" batinku.

Genjotan Pak Edwin tak terlalu kuperhatikan lagi karena setelah merasakan penis Pak Reza. punya Pak Edwin tidaklah terlalu berasa meski aku bisa menikmati sedikit kenikmatan yang berbeda, dengan melihat bagaimana Andi memperlakukan vagina Lisa, aku bisa dengan cepat bergairah kembali, maka kugoyangkan pantatku melawan gerakan Pak Edwin, secepat kocokan Andi pada Lisa, aku begitu horny dibuatnya, sambil berharap supaya Andi tidak klimaks di vagina Lisa terlebih dahulu. supaya aku bisa menikmati semprotan sperma pertamanya.

Sambil menunggu giliran yang belum juga diberikan Andi, Pak Reza menggapai buah dadaku dan tangan satunya meremas buah dada Lisa yang lebih montok itu seolah hendak membandingkan, kedua tangannya meremas dua buah dada yang berlainan bentuk dan ukuran.

Aku sudah khawatir, cemas kalau ternyata Andi menyemprotkan spermanya di dalam vagina Lisa terlebih dahulu, karena sudah cukup lama dia menghujam penisnya ke dalam vagina sempit Lisa, sudah setengah jam lebih.

"gila! kuat juga si Andi ini" batinku.

Kini Andi menggenjot vagina Lisa dengan posisi doggie di atas kursi juga, meniru posisiku hingga kami saling berhadapan, buah dada Lisa yang besar menggantung dan bergoyang dengan indahnya ketika Andi menyetubuhinya dari belakang, Pak Reza yang masih menunggu giliran dari Andi duduk di meja antara kami, hingga kami bisa mengulum penisnya secara bersamaan antara kuluman dan jilatan. Lisa mengulum maka aku menjilati sisanya begitu juga sebaliknya, dua lidah di satu penis.

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari dua wanita cantik seperti aku dan Lisa membuat Pak Reza merem melek, tangannya meremas rambutku juga rambut Lisa. Sepertinya Lisa sudah bisa merasakan nikmatnya penis Andi yang besar itu hingga dia bisa membagi konsentrasi dengan kuluman pada penis Pak Reza sepertiku.

Akhirnya Andi menghentikan hujamannya dan menyerahkan Lisa ke Bos-nya dan mereka bertukar tempat, Andi mengganti posisi pada mulut Lisa setelah terlebih dahulu memutar kursi Lisa menjauh dariku, kecewa juga aku dibuatnya karena tidak bisa menikmati penis Andi yang jumbo itu, ingin minta tapi masih ada perasaan segan atau gengsi.

Masih bisa kulihat dengan jelas betapa nikmatnya penis Andi itu hingga Lisa mengulum dengan ganasnya meski tak bisa memasukkan semuanya. Aku yakin Lisa kurang bisa menikmati penis Pak Reza lagi, setelah merasakan penis Jumbo Andi.

Genjotan Pak Edwin benar2 tidak kuperhatikan lagi, tapi aku lebih menikmati pemandangan kuluman Lisa pada penis Andi itu meski Pak Edwin mulai melakukan variasi gerakannya, tangannya mengelus punggung dan buah dadaku, dia lalu memutar kursi hingga Aku dan Lisa berjejer, tapi Andi malah menggeser tubuhnya ke sisi lain dan malah menjauhiku.

Pak Reza meremas buah dadaku sambil menyetubuhi Lisa, sementara Pak Edwin meremas buah dada Lisa sambil menyetubuhiku dan Andi meremas remas buah dada montok yang satunya dari sisi lainnya, kini Lisa mendapat servis dari tiga orang, sementara aku menginginkan Andi tapi dia selalu menghindariku, sepertinya dia segan menyentuhku.

"come on Andi, satu remasan atau satu kuluman saja darimu, I need you" jerit batinku tapi kembali rasa gengsi sebagai Bos terhadap dia masih tinggi.

Andi berciuman dengan Lisa sambil tangannya tetap meremas buah dadanya, aku iri melihatnya, bahkan ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukar tempat, Andi tetap tak mau beranjak ke arahku. Kembali aku mendapat hujaman dari penis Pak Reza,

Oh much better than before, kurasakan kenikmatan kembali dari Pak Reza, Och! betapa nikmatnya sodokan dan genjotan beliau. jauh lebih nikmat dibanding dengan Pak Edwin tadi, kini aku kembali tenggelam dalam kenikmatan birahi. Tapi itu tak berlangsung lama ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukaran tempat lagi, hingga tiga kali berulangulang.

Tak lama kemudian ketika Pak Reza sedang keras kerasnya menyodokku, kembali aku dibuat iri pada Lisa saat Pak Edwin dan Andi bertukar tempat, Lisa sudah mendapat genjotan Andi untuk kedua kalinya, kepalanya mendongak dan tubuhnya menggeliat ketika Andi memasukkan kembali penis jumbonya, tapi tak lama setelah itu dia sudah mulai mengulum penis Pak Edwin.

Pak Reza kembali meremas remas buah dada Lisa sambil menyetubuhiku tapi Andi tak mau melakukan hal itu padaku, dia tetap serius menyetubuhi Lisa saja sampai berulang kali dia menggeliat ketika Andi menghujamkan penisnya dengan keras.

"Lisa sudah mendapatkan tiga penis, di mulut maupun vagina, tapi aku baru dua, itupun kurang memuaskanku" teriak batinku.

Kupandangi wajah Andi yang sedang menyetubuhi Lisa, begitu ganteng dan cool, expresinya tidak berubah seperti biasa saja kecuali keringatnya yang menetes membasahi tubuhnya yang atletis itu sehingga makin sexy. Belum sekalipun Andi menyentuhku, entah dia mau menghukumku atau karena segan, aku tak tahu.

Kuhibur diriku dengan berkonsentrasi pada genjotan penis Pak Reza, aku tak mau tersiksa terlalu lama mengharapkan Andi, maka kugerakkan pinggangku mengimbangi Pak Reza dan hasilnya sungguh luar biasa, dia bergerak semakin liar dan akhirnya tak bisa bertahan lama, maka menyemprotlah spermanya ke vaginaku dengan kencangnya.

Crot.. Cret..! kurasakan denyutan yang keras dari penisnya di dalam vaginaku seakan menghantam sampai dinding rahimku.

Bersamaan dengan semprotan sperma Pak Reza, ternyata Pak Edwinpun menyemprotkan spermanya di muka Lisa, sperma itu menyemprot kemana mana baik di mulut, wajah dan sebagian ke rambutnya.

Pak Reza menarik penisnya yang sudah lemas dan begitupun dengan Pak Edwin, aku belum mencapai orgasme, hanya satu penis yang masih berdiri yaitu milik Andi, akhirnya aku harus mengalahkan gengsiku yang dari tadi mencegahku memohon penisnya.

Kuhampiri Andi yang sedang menggarap vagina Lisa, dari belakang kupeluk dia hingga tubuh telanjangku menempel di punggungnya, keringat kami menyatu, aku elus dadanya yang bidang berbulu. Sesaat dia menghentikan gerakannya tapi kemudian dilanjutkan kembali dengan lebih keras.

Merasa belum mendapat respon darinya, aku bergeser ke depan, kujilati puting dadanya sambil mengelus kantung bolanya, Andi masih tetap tak mau menyentuhku malah makin cepat menyetubuh Si Lisa, maka kupegang tangannya dan kuletakkan di buah dadaku, kugosok gosokkan, barulah dia mulai merespon dengan remasan halus tanpa berhenti menyetubuh Lisa, lalu kucium bibirnya, tanpa kuduga dia langsung memegang kepalaku dan diciumnya bibirku dengan penuh gairah, full of passion, seperti orang melepas rindu berat, mungkin dari tadi Andi memang menginginkanku tapi tidak berani.

Ciuman pada bibirku yang penuh nafsu tak menghentikan genjotannya pada Lisa, lidahnya lalu turun ke leherku sebagai sasaran selanjutnya dan berhenti di kedua putingku.

Dengan penuh nafsu dan dengan liarnya dia mengulum, menjilat, menyedot dan meremas remas puting dan buah dadaku. Ouuhh! aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah.

Konsentrasiku terganggu ketika kudengar teriakan dari Lisa yang sedang mencapai kenikmatatan tertinggi, dia mengalami orgasme dengan hebatnya, terlihat badannya bergetar hebat dan kepalanya digoyang goyangkan seperti orang yang kesetanan, beberapa detik kemudian tubuhnya melemas di atas kursi dengan napas terputus putus. Bersamaan dengan ditariknya penis dari vagina Lisa, dia mendorong tubuhku ke bawah lalu disodorkannya penis besar itu ke wajahku, agak ragu sejenak tapi kemudian tanpa membuang waktu lebih lama kukulum juga penis anak buah kepercayaanku itu, seperti dugaanku ternyata aku tak mampu mengulum penis itu semuanya, lalu kukocok pelan, aroma dari vagina Lisa tercium olehku tapi tak kupedulikan lagi, Andi memegang kepalaku dan mengocokkan penisnya di mulutku dengan liar, hampir aku tak bisa bernafas.


Lisa sudah duduk di antara Pak Edwin dan Pak Reza, kemudian Andi memintaku duduk di kursi, dipegangnya kedua kakiku dan dipentangkannya, kuraih penis besar yang dari tadi kuimpikan itu, kusapukan di belahan bibir vaginaku dan kuarahkan masuk, ternyata Andi tak mau terlalu lama bermain main di luar, dengan keras di sodoknya penis besar itu masuk ke vaginaku.

"OOUUGGHHh" teriakku spontan lalu kututupi mulutku dengan tangan sambil melotot ke arahnya.

Vaginaku terasa penuh sekali hingga aku tak berani menggerakkan tubuhku, tapi Andi seperti tak peduli, langsung menyetubuhi vaginaku dengan cepat dan keras, kurasakan penisnya menggesek seluruh dinding dan mengisi semua rongga di vaginaku, begitu nikmat hingga seakan aku melayang layang dalam kenikmatan birahi yang sangat tinggi. Kakiku kujepitkan di pinggangnya, kedua tangannya meremas dengan keras kedua buah dadaku dan memilin ringan putingku sambil mencium bibirku dengan ganasnya.

Begitu liar dan ganas dia mencumbuku seakan menumpahkan segala dendam yang lama tesimpan, genjotan yang keras seakan mengaduk aduk vaginaku. Kulawan gerakannya dengan menggerakkan pinggulku secara acak, dan aku mendapatkan kenikmatan yang bertambah.

Entah sudah berapa lama kami bercinta di kursi hingga dia memintaku untuk rebah di karpet lantai ruangan, lalu segera dia menyetubuhiku lagi, tubuh atletisnya menindih tubuhku sambil pantatnya turun naik menghujamkan penisnya ke vaginaku, ciumannya sudah menjelajah ke seluruh wajah dan leherku tanpa sedikitpun bagian yang terlewatkan.

Aku mengagumi kekuatan fisik Andi yang begitu kuat, dinginnya AC tak mampu mencegah peluh kami yang sudah bertetesan di seluruh tubuh. Kuraih kenikmatan demi kenikmatan dari setiap gerakan Andi di atas tubuhku.

Selanjutnya kami bergulingan, kini Andi telentang dan aku duduk di atasnya, secepatnya kugoyangkan pantatku menelan penis Andi, goyanganku kubuat tidak aturan dan banyak variasi hingga dia menggigit bibirnya menahan nikmat, dipandanginya wajahku, lalu dia kembali meremas buah dadaku dengan kerasnya, tanpa kusadari ternyata Pak Reza sudah berdiri di sampingku dan menyodorkan penisnya ke mulutku, kugapai dan langsung kukulum dengan gairah sambil tetap menggoyang pantatku naik turun.

Pak Reza ternyata tak mau diam saja, dia ikut mengocokkan penisnya di mulutku sambil memegangi kepalaku. Tak mau kalah Andi pun kemudian ikutan menggoyangkan pinggulnya lebih kasar lagi hingga kami seolah berpacu meraih kenikmatan birahi.

Andi lalu duduk hingga tubuhku berhadapan dalam pangkuannya, kujepitkan kakiku di pinggangnya sambil tetap menggoyangkan pantat tanpa melepas kocokan mulutku pada penis Pak Reza, Andi menjilati seluruh leher dan dadaku, disedotnya putingku dengan keras, kurasakan gigitan gigitan kecil di sekitar buah dada dan putingku tapi tak kuperhatikan.

Akhirnya kurasakan tubuh Andi menegang dan sedetik kemudian kurasakan kepala penisnya membesar memenuhi rongga terdalam vaginaku lalu menyemprotkan spermanya,

Crot.. Cret..!

Sementara gigitan dan sedotan di dadaku terasa semakin kuat, denyutannya membuat aku terbang melayang tinggi hingga ke puncak kenikmatan, maka akupun orgasme saat penis Andi sedang berdenyut dengan hebatnya di vaginaku, kami sama sama menggapai orgasme dalam waktu yang relatif bersamaan, tubuhku sudah mulai melemas tapi penis Pak Reza masih di tanganku, maka kukeluarkan kemampuanku untuk segera mengakhiri kemauan Pak Reza sambil masih tetap duduk di atas Andi, tangan Andi masih meremas dengan lembut kedua buah dadaku, tapi konsentrasiku hanya tertuju ke Pak Reza, tak lama kemudian berdenyutlah penis Pak Reza di mulutku, tak kurasakan cairan sperma keluar dari penis itu, hanya denyutan denyutan ringan hingga melemas dengan sendirinya.

Aku terkulai lemas di atas tubuh Andi, anak buahku itu, dan dia membalas dengan ciuman dan elusan di punggung telanjangku, beberapa saat kemudian aku tersadar dan berdiri menjauhinya, duduk kembali di kursi.

Lisa memberikan teh hangat, kami semua masih telanjang, masih kurasakan seakan penis Andi masih mengganjal didalam vaginaku.

Baru aku sadari ternyata ada empat titik memerah bekas gigitan Andi pada dada dan sekitar buah dadaku, kulirik Andi tapi dia tidak memperhatikanku.

Jarum jam menunjukkan pukul 13:30, ketika kami menandatangani kontrak itu dalam keadaan telanjang, sambil memangkuku Pak Reza menandatangani lembaran itu dan di atas pangkuan Pak Reza pula aku menandatanganinya. Sementara Pak Edwin sebagai saksi, ikut menandatangani kontrak itu sambil memangku Lisa yang masih telanjang.

"Alangkah asiknya kalau kita bisa makan siang bersama sambil telanjang" usul Pak Edwin

Aku hanya tersenyum menanggapi usulan nakal Pak Edwin, kukenakan kembali pakaianku meski tanpa celana dalam karena diminta Pak Edwin yang masih bujangan itu.

Tak lama kemudian kami semua sudah berpakaian lengkap, kubereskan dokumen yang berserakan di lantai maupun meja dan kuberikan semuanya ke Andi. Dan selesailah official meeting hari ini.

Sebenarnya aku tak mau mencampur adukkan antara bisnis dan kesenangan seperti ini, baru pertama kali terjadi. Awal bisnis yang di awali seperti ini terus terang membuat aku takut, tapi apa bedanya dengan para bisnisman lainnya yang memberikan wanita cantik untuk dapat mendapatkan proyek, toh proyek itu jalan juga.

Setelah makan siang, aku dan Andi mengantar mereka hingga ke lobby dan disanalah kami berpisah, Aku dan Andi naik ke atas, tak ada pembicaraan sepanjang jalan ke kamar meskipun di lift Cuma kami berdua, suasana menjadi kaku, hal seperti inilah yang tidak aku inginkan.

"Andi apapun yang telah terjadi adalah tidak pernah terjadi, tolong camkan itu demi kebaikan kita semua" kataku pada Andi sambil mengecup bibirnya, sebelum dia masuk kamarnya.

Dan kami kembali ke Jakarta sebagai mana tidak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah. Aku tidak pernah bisa memenuhi kata kataku sendiri seperti yang aku pesan di atas, karena bercinta dengan Andi terlalu nikmat untuk di tinggalkan.


back to top