KiosCasino Menyediakan Permainan Sbobet, Sportbook, SLOT GAME, LIVE CASINO Untuk Keterangan Lebih Lanjut Silahkan Hubungi Live Chat Kami :).

Teman Kantorku Yang Lebih Memuaskan Gairahku

No Comments
Teman Kantorku Yang Lebih Memuaskan Gairahku
 

          Cersex - Tara adalah seorang Ibu rumah tangga, yang cukup santun, cantik dan pandai, dia seorang karyawati menengah yang sukses. adapun suaminya Nico sangat religius dan agak kaku. malah dapat digolongkan sangat tradisionil jalan berpikirnya.

Kehidupan Tara menjadi berubah dengan segala prubahan zaman serta kariernya, dimana dia bekerja disebuah hotel yang bintang lima di suatu property di kota besar dibagian dunia ini.


Dengan penampilan Tara yang manis, ramah, pandai juga sexy, Tara menjabat sebagai ‘Event Coordinator Manager’, adalah suatu bagian yang memang cukup sibuk, di dunia ‘Hospitality Industry’ dan sering dia harus bekerja sampai larut malam.

Didalam kehidupan social di Hotel ada sebuah motto yang tak tertulis bahwa semua orang seharusnya bantu membantu, apa bila orang pernah tidak membantu satu bagian lain, otomatis suatu ketika dia akan kena batunya sendiri karena tidak akan diperlakukan baik bila dia mendapat kesukaran dikemudian hari.

Motto ini dipegang teguh oleh Tara, sejak kepindahaannya dari lain perusahaan, yang benar-benar berbeda nafas dan warna usahanya, namun dengan cepat Tara bisa mengikuti jalur permainannya. Namun tak mengherankan juga, cara kehidupan yang begitu erat di property Hotel itu akhirnya mereka juga saling menjalin kasih diantara mereka, entah itu orang dari Front house dengan Back house, manager dengan waitress nya, ataupun chef dengan front office officernya. walaupun ada tertulis bahwa mereka tidak boleh saling melecehkan pegawai, dalam arti pelecehan apapun termasuk sexuality.


Banyak pegawai menyebutkan bahwa Tara adalah seorang yang sexy, menawan dan ramah, dengan kulit ‘fair’ rambut panjang serta ‘grooming’ selalu terjaga, tidak terlalu menyolok dalam berdandan, juga ringan tangan. Mungkin hal ini karena dia dari Indonesia, yang terkenal dengan ramah tamah dan berbudi bahasa halus.

Suatu saat pegawai Hotel dihebohkan dengan kejadian adanya pemerkosaan dan pembunuhan sebelah kanan gedung property Hotel, dilakukan oleh orang lokal yang memang tampang dan cara kehidupannya agak menyeramkan bagi yang menemuinya, namun jumlah mereka tidak banyak, dan makin memudar.

Dengan peristiwa itu, banyak wanita pekerja Hotel itu harus di’escort’ sampai ketempat parkir atau pun tempat pemberhentian bis dimana dia harus mengambil jalur bis menuju ke rumahnya masing2 di malam hari, oleh siapa saja yang bertugas malam itu, bagian front office yang laki-laki, terutama Security.

Tak berbeda dengan Tara, diapun mendapat perlakuan yang sama karena sering kali dia harus selesai jam 22:00 atau 22:30. dimana kadang dia hanya naik bis saya menuju ke suburb dimana dia tinggal.

Disuatu malam, karena Hotel memang sedang sibuk sekali Tara harus pulang malam, Tara menelephone pada suaminya yang sudah dirumah.

“Nic, kerjaan aku belum selesai tuh, mungkin aku sampai agak malam karena harus keluarin leaflets dan brochures ini besok pagi?”

“Biar deh aku naik bus aja ntar kamu jemput di halte bis aja ya?”

“Uchh aku juga lagi nyiapin presentasi buat besok nih Tar, udah deh bila aku udah ngantuk ya sampai ketemu ditempat tidur aja ya”, jawab Nico.

“OK deh soalnya aku belum tahu sampai jam berapa aku selesai, I love you”

“OK I love you too, anak-anak udah pada belajar kok mereka udah mo pada bobo, udah ya muuacch!” kata Nico.

“Ya udah sampai nanti, Mmmuuachh”, sambut Tara dengan agak rasa kesal.

Tara meletakkan telephonenya dan mulai bekerja kembali menyelesaikan pekerjaannya yang menuntut penyelesaian malam itu.

Jam 20:00 dia turun keKantin untuk makan malam, banyak pria yang menayakan akan keberadaannya dan menawarkan untuk panggil aja bila butuh escort. Tarapun menjawab dengan ramah dan santai, sambil memikirkan akan makan apa yang ada dikantin, karena kadang membuat dia bosan juga makanan ala Hotel yang itu-itu juga, terasa kurang rasa, tidak seperti di rumah makan Indonesia atau di warung makan biasa. Akhirnya dia cuma makan cumi yang digoreng pakai tepung dengan sayur mayur dan sedikit nasi goreng yang memang tinggal sedikit.

Tara tak menghiraukan lingkungannya selama makan, karena ingin cepat kembali kepekerjaannya dan pulang tak terlalu malam, rupanya ada seorang yang memperhatikan tingkah lakunya yang agak serius setengah resah.

“Banyak kerja Tara?”

Tarapun menoleh karena kaget rasanya sangat familiar dengan suara itu.

“Oh ya,  Harry, kok makan sini sih, bukannya kamu harusnya udah pulang tadi 2 jam yang lalu.”

“Ya sama.. aku juga terjerat kerja nih, besok ada Press Release”, kata “Deputy Executive Managing Director” ini menerangkan.

Selesai kerja, Tara pergi kebawah menuju keFront Office untuk minta “escort”, kemudian seorang ditugaskan untuk mengantarnya sampai kehalte bis menunggu sampai dia naik bis. Namun tiba-tiba Harry menyahut dari belakang, 

“Biar saya saja yang mengantar Tara”

Maka Tarapun jadi tidak enak hati dan menjawab, 

“Gak usah deh Harry biar Peter aja yang menantarku, keluargamu menunggumu”

“Ya OK deh Peter, antar Tara kepemberhentian bis, jangan kamu pulang bila dia belum naik bis ya”, godanya.

Sesampainya dirumah, Nico telah mengorok diperaduannya, melihat anak- anaknya udah lelap, kelihatan sangat suci sekali wajahnya dalam tidur nyenaknya. Cepat Tarapun membersihkan diri dan masuk ke kamar menyusul Nico tidur di malam spring yang agak sejuk itu. Sambil Mendekap Nico dari belakang, berusaha melupakan kekesalannya terhadap Nico yang selalu agak masa bodoh.

Segera terjatuhlah Tara tertidur, namun belum pulas sekali, Nico merasa bahwa istrinya telah berada disampingnya, segera dia membalik dan melucuti pakaian Tara, juga dirinya sendiri. Segera dia memasukkan kemaluannya kedalam vagina Tara.

Walaupun Tara agak capek dari kerja dan masih terpejam matanya, dia tak dapat mengelak perilaku suaminya yang memang tanpa permisi dan basa basi bila ingin menyalurkan syahwatnya, pun pula tanpa “warming up” dan cumbuan. 

Nico langsung menancapkan kemaluannya dan memompanya sepuasnya, bagaikan sebuah mesin sex yang lagi di”switch on”, semua getaran badan Nico terasa dibadan Tara.

Belum juga Tara merasa mencapai pendakian birahinya, Nico telah memburu nafsunya dan deru nafasnya tak terelakkan, kemudian keluarlah air mani Nico dalam rahim Tara , 

creet, cret, cret. !

Tarapun menjadi kaget, karena dia masih belum separoh jalan menuju ke puncak pendakian birahinya dan masih harus berkonsentrasi akan rasa gesekan penis Nico dalam relung kenikmatannya, namun Nico telah KO, dan lunglai di dadanya. Betapa jengkel dan kecewa hati Tara, akan perlakuan suaminya yang selalu tak pernah memberikan kesempatan untuk berexpresi dan mendapatkan kenikmatan bila mereka bersetubuh. 

Namun Tara harus menerimanya dengan diam, karena telah beribu kali dia utarakan untuk berbicara mengenai hal yang satu ini, namun Nico, menjawabnya dengan masa bodoh seolah, memang itu tanggung jawab wanita, sebagai pelampiasan nafsu suami! titik.

Esoknya, Tara kembali bekerja dengan tekun nya, memang kebetulan ruang kerja Tara berada agak pojok dan nggak banyak orang lalu lalang karena memang kegiatannya yang membutuhkan ketenangan, dalam menghadapi para langganannya. 

Tiba-tiba pintu terbuka tanpa ketukan, ternyata, Harry yang masuk, kontan kaget Tara akan kehadirannya, karena biasanya bila orang mau masuk, tentu mengetuk pintu terlebih dahulu. Matanya agak sayu dan langsung menutup pintu kamar dan berkata,

“Tara, kau tentu tahu bahwa aku menyukaimu, bukan saja pinggul dan dadamu yang indah, namun perilakumu meruntuhkan imanku.”

“Kudambakan kelembutan wanita seperti kau, dan aku tahu, kau akan mengimbangi deru cinta dan nafsuku Tara”, Nico berkata begitu sambil menatap mata Tara yang masih agak terperanjat namun juga sebagai kejutan, 

Karenanya darahnya berdesir kencang sewaktu tangan Harry menggapai tanggannya, dan meremasnya halus. Ditariknya tangan Tara lembut dengan tangan kirinya dan tangan kanannya menggapai leher Tara dan menariknya mendekat di mukanya, dalam sekejap bibir Harry pun telah menempel dibibir Tara dengan hangatnya. 

Terasa, hangat dan bergetar bibir Tara menerima kenyataan indah ini, sesaat Harry mendorong lidahnya dan memainkannya dirongga mulutnya dengan aktif, sambil sesekali menekan dan menghisap liurnya.

Jantung Tara berdegup kencang, dan darah berdesir, keringat mulai membasah, menerima kenikmatan. Hangatnya dekapan yang tak disangka-sangka, membuat tubuhnya bergetar dan menggeridik bulu kuduknya, dalam berpangutan hangat ini.

Akan tetapi, dirasakannya ada suatu halangan kenikmatan mereka, karena mereka berciuman terpisahkan antara meja tulis selebar 90 sentimeter. Maka bergesarlah Harry kearah balik meja dimana Tara berdiri, dan langsung mendekatkan dirinya pada Tara dan mendekapkan tangannya dipunggung Tara, kemudian merambatkan tangannya memegang leher dibalik rambut Tara yang panjang sebahu. Diraba dan dielusnya leher Tara dengan lembut, sambil bibirnya terus memangut bibir Tara yang hangat.

Hampir lupa Tara bila mereka dalam keadaan di kantor. terhenyaklah mereka ketika telephone berdering, serta merta Tara mendorong pelan Harry, mengangkat telp dan menjawabnya setelah sesaat tersadar diri dan emosinya sendiri kembali.

“Event coordinator office, Tara speaking”

Ternyata yang telepon dari graphic designer, bicara mengenai design yang telah Tara setujui akan langsung di cetak, dan Tara menyetujuinya. Setelah selesai pembicaraan dengan graphic designer, Harry pun terus memegang tangan Tara lagi, dan mengatakan,

“Tara, jangan lari dariku lagi please, aku mencintaimu! Akan kuatur kebahagian kita bersama, will you accept this? please”

Tara tak kuasa menjawab, hanya anggukan kepala dengan mata tak berkedip memandang Harry, seolah cahaya kuat yang mempunyai daya tarik yang besar menyedot dirinya hampir dia tak akan bisa melepasnya. Maka Harry pun menegaskan sekali lagi.

“Tara, aku ngak puas dengan anggukanmu, katakan bahwa kau juga merasakannya!”

Akhirnya Tarapun berkata, 

“Ya Harry, akupun merasakannya dan akan kucoba memenuhi tuntutan jiwaku, Kuharap kau sabar Harry, atas kebingunganku ini, namun tak kupungkiri aku mencintaimu juga”

Harry segera menggapai tangan Tara sekali lagi dan mengelusnya sambil mengecup bibir, kemudian meninggalkan ruangan untuk mengadakan “Press Release”.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12:15 siang dan terasa Tara butuh mengisi perutnya yang sudah mulai merengek minta dipenuhi, dan diapun meninggalkan ruangan menuju ke kantin. Tara tak banyak bercanda dengan sejawatnya, hanya sekedar basa basi dan ketawa menyegarkan suasana. Sekembali Tara keruang kerjanya, didapatinya surat tertutup yang ternyata dari Harry.

“Tara, temui aku jam 8 malam di paviliunku lt 14 room 31, thank you for your acceptance.”

Terasa berdesir darah menjadi cepat mengalir, terhentaklah jantungnya bagaikan halilintar menjambar dirinya, tak kuasa menahan deru detak jantung yang semakin mengencang, bingung rasanya apa yang akan diperbuat nanti malam, alasan apa yang akan disusunnya untuk memberitahu Nico suaminya. 

Segera Tara memutuskan menelphone Marrisa ‘Executive Secretary’ di’executive Offce’, memberitahukan bahwa dia ada appointment dokter siang itu dan akan kembali ke Hotel jam 4 sore untuk meneruskan kerjaannya, yang menurut agendanya dia akan selesai dimalam hari. Marrisa menjawab bahwa dia akan mencatat semua pesan-pesan yang masuk dari telephone untuknya.

Kepergian Tara sebetulnya hanya akan menjenguk Nico dikantornya dan sambil minum kopi bersamanya sejenak, kemudian dia pulang bersama Nico untuk bertemu dengan anak-anak, hampir satu setengah jam Tara bermain dengan anak-anaknya, Tara kembali keHotel lagi dan bekerja kembali. 

Sore jam 6, dia minta “room service” untuk mengirim secangkir kopi kekantornya dan sedikit kue supaya Tara dapat menghemat jam kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya hari itu.

Tepat jam 19:50 malamnya Tara beranjak dan menutup pintu menuju ke atas lantai 14 no 31, dimana Harry sudah menunggu nya. Setelah dia memencet tombol bel Harrypun membuka pintu, seraya mepersilahkan Tara masuk ke dalam Paviliunnya.

Kaget bukan kepalang ketika berhadapan dengan Harry, karena Harry hanya mengenakan pakaian tidur dan menalikan sabuknya tidak kencang, jadi sebagian paha atasnya yang berbulu kelihatan. 

Segera Harrypun menyadari keadaan dan merangkul, membimbing Tara kedalam sambil membetulkan baju tidurnya. Segera, berkatalah Harry, 

“Tara kamu lelah, releks aja ya bersamaku disini, jangan kau hiraukan penampilanku, saat ini, telah kusiapkan dinner untuk kita berdua, maukah kau menemaniku malam ini?”


Tara menjawab, 

“Saya yakin ini bukan sebuah order dari atasanku, namun aku datang untuk memenuhi komitmenku kepadamu, ya kita akan bersama beberapa saat malam ini.”

Serta merta Harry menggapai dagu Tara dan segera menempelkan bibir hangatnya kepada Tara dengan penuh kasih dan emosinya. Tara pun tak tinggal diam dan segera menyambut sapuan lidah Hari dan menyedotnya dengan keras air liur Harry, dililitkannya lidahnya menyambut lidah Harry dengan penuh rasa getaran birahi, serasa dia bisa menghilangkan sekejap semua kekecewaan bathinnya akan sikap Nico suaminya.

Setelah puas mereka bertautan lidah, merekapun beranjak untuk makan malam. Selama makan malam, mereka bukan hanya menceritakan pengalaman indah dalam perkawinannya, namun juga kekecewaan dan kekesalan dalam rumah tangga mereka masing-masing. 

Sesekali tangan mereka saling mengelus dan meremas. tak terasakan lilin telah hampir tinggal separoh batang, habis terbakar oleh bara yang romantis dan syahdu. Hampir jam 21:00 mereka selesai makan, Harrypun kemudian masuk dan mengambil pakaian tidur wanita yang biasa disediakan untuk tamu VIP, bahan dari silky warna kuning lembut pastel dan katanya,

“Tara, ganti ini yuk, nanti pakaian kerja kamu kusut loh. Boleh nggak kubukakan pakaianmu, sayang?”

“Boleh Harry, tentu sekalian kau akan menyayangiku kan?”

“Ya Tara, gimana kalau kita pindah di kamar tidur saja”, seraya digendongnya Tara dari ruang makan ke kamar tidur dan direbahkannya tubuh molek itu di kasur.

Segera, Harrypun membalik badannya dan menuju ke Audionya memasang satu set lagu-lagu klasik, “Serenade”, Hofstetter ciptaan Haydn, “Waltz of the Flowers” dari Peter Tchaikovsky dan” The four Season: “Spring” dari Vivaldi, dimana lagu-lagunya lembut namun ceria penuh gairah; sangat cocok untuk musim spring, dimana saatnya setiap insan sedang enak-enaknya membuat cinta, karena dunia pernuh warna dan hangatnya pas, nyaman sekali untuk semua insan didunia.

Kembali Harry membalikkan badannya ke Tempat tidur, ternyata Tara telah ganti pakaian dengan piyamaa dengan tidak ditalikan sabuknya, terlihatlah bra yang transparan dengan “push up bra style”warna pastel, memberikan kesan seakan payudara Tara hampir tumpah meluap keluar lebih dari sepertiganya. Tangan kiri Tara mengelus-elus payudara yang sebelah kiri yang masih dibalut bra, sedangkan tangan kanannya membelai “pussy”nya yang menyembul mendesak CDnya, karena Tara memang mengenakan celana “mini high cut style”.

Melihat pemandangan yang mempersona itu, segera Harrypun menghampiri Tara dengan deburan darah dan nafsunya, langsung menyambar bibir Tara yang lembut dan hangat, dilumatnya bibirnya dan didorongnya lidahnya untuk mencari lawannya didalam rongga mulut yang tak begitu besar itu. Dan didalam sana ternyata sambutan hangat, agak liar telah siap menari bersamanya didalam dan bertautlah keduanya dengan penuh nafsu birahi.

Getaran jantung serta desiran darah Tara mengantarnya sampai kepintu kenikmatan yang tiada berujung, sementara tangan kanan Harry otomatis mendarat disembulan hangat payudara sebelah kanan Tara yang segar; dielusnya lembut, diselusupkan tanganya dalam bra yang hanya 2/3 menutupinya dan dikeluarkannya buah dada Tara, ditekan, dicarinya puntingnya kemudian dipilin halus seraya ditariknya pelan. Dengan perlakuan ini Tarapun melepas ciuman Harry dan mendesah, mendesis, menghempaskan kepalanya kekiri dan kekanan.

Selepas tautan kedua bibir hangat itu, Harry menyapu dagu dan leher Tara, hingga Tarapun meracau menerima dera kenikmatan ini.

“Harry, getaran dalam tubuhku mendera sukmaku Harry, kenapa kudapatkan ini darimu bukan dari Nico”

“Harry, hantarkan aku mencapai awang-awang bersamamu, berikan aku kesempatan untuk menikmati bara cintaku denganmu Harry.”

“Aaachh shheesstt, aachh aachh”

Harrypun melepas kegiatan mulutnya.

“Tara, aku telah khawatir tadi bila kau akan lari dariku, telah lama kudambakan ini denganmu, aku mencitaimu Tara.”

“Mengapa baru kali ini aku bisa menggapaimu, jangan lagi kau pergi dariku”

Tangan Harry pun segera membuka kaitan branya yang ada di depan, dengan sekali pijitan jari telunjuk dan Ibu jari sebelah kanan Harry, segeralah dua buah gunung kembar indah itu menyembul keluar menikmati kebebasan alam yang indah. Segera ditempelkannya bibir hangat Harry pada buahdada Tara sebelah kanan, disapu dan dijilatnya sembulan daging segar itu, secepat itu juga merambatlah lidahnya pada puting coklat muda keras, segar menentang keatas. 

Dikulumnya puting itu dengan buasnya, sesekali digigit halus dan ditariknya dengan gigi Harry. Adapun reaksi Tarapun semakin mengila, mengerang dan melenguh, sambil mengangkat badannya seraya melepaskan Jas tidurnya berserta bra yang telah dibuka Harry dan dilemparkannya dikursi dekat tempat tidur tersebut.

Harry segera menyadari keadaan, dengan giat penuh nafsu Harry menyedot buahdada Tara yang sebelah kiri, tangan kanannya meraba dan menjalar kebawah sampai dia menyentuh CD Tara dan berhenti digundukan nikmat yang penuh menentang segar keatas, segera dirabanya kearah vertical, dari atas kebawah, yang ternyata ditemuinya sudah basah lembab, tanda cairan birahi tara telah tak tahan menahan dera kenikmatan dari perlakuan Harry. 

Segera Harrypun menurunkan CD Tara tersebut, mendorongnya dengan kaki kirinya sampai jatuh ke karpet. Adapun tangan kanan itu segera mengelus dan memberi sentuhan rangsangan pada memek Tara, yang dibagian atasnya ditumbuhi bulu halus terawat dan dipangkasnya adapun dibagian belahan memek dan dibagian bawahnya bersih dan mulus tiada berambut, rangsangan Harry ini semakin tajam dan hebat hingga Tara meracau.

“Harry touch me please, touch me.. Harry make me fly, I want to fly with you darling, please.”

Harry segera membuka belahan gundukan tebal memek Tara, dengan dua jari telunjuk dan jari tengah dibantu dengan Ibu jari nya untuk menyentuh lebih dalam lagi mencari klitoris Tara; kemudian disapunya dengan telunjuknya ke atas dan kebawah. Tarapun mengerang-erang kuat tak bisa terkontrol. 

Adapun mulut Harrypun segera menjalar kebawah menyambut klitoris yang telah hangat dengan sentuhan jari telujuknya lalu dijulurkan lidahnya menggatikan kegiatan jari tangannya, disapunnya klitoris yang semakin membesar dan keras itu, ditekannya dengan penuh nafsu, bagai serigala yang sedang yang mendambakan kenikmatan daging rusa atau kembing muda, ataukah sang lebah yang ingin menghisap madu surga dunia bersama Tara, sedang kegiatan tangan kanan Harry tetap melanglang buana dalam lorong kenikmatan Tara menari didalam rongga yang gelap. 

Tarapun mengelinjang dan teriak tak tahan menahan orgasmenya yang akan semakin mendesak mencuat bagaikan merapi yang ingin memuntahkan isi buminya, sambil terengah-engah Tara mendorong pantatnya naik, seraya tangannya memegang kepala Harry dan menekannya kebawah sambil meracau.

“Harry, fuck me darling, please fuck me with your tongue”

Harry pun memindahkan tangannya dari relung kenikmatan Tara dan digantikannya dengan lidah yang kuat dan digerakkannya keluar masuk diantara lembah kenikmatan dan relungnya; Tarapun menjerit menerima ledakan Orgasmenya yang pertama, magmanya pun meluap menyemprot keatas hidung Harry yang mancung.

“Harry aku keluaarr, aacchh Harry memekku berdenyut kencang, kiss me please kiss me darling..”

dan.. mengejanglah Tara beberapa waktu sambil tetap meracau.

“Harry kau jago sekali memainkan lidahmu dalam memekku darling, Please kiss me, acch ini permainan indah Harry baru kali ini aku benar mendapatkannya”

Harry segera bangkit mendekap erat, diatas dadanya Tara yang dalam keadaan oleng menyambut getaran orgasmenya; diciumnya mulut Tara dengan kuatnya, yang disambutnya oleh Tara dengan tautan garang, menyerang lidah Harry dalam rongga mulutnya yang indah. Tergoleklah Tara tak berdaya sesaat, Harrypun mencumbunya dengan mesra sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuh Tara yang halus, seraya memberikan kecupan hangat didahi, pipi dan matanya yang terpejam dengan penuh cinta; dibiarkannya Tara menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasmenya yang hebat, juga memberi kesempatan menurunnya nafsu yang ia rasakan, kemudian katanya,

“Harry kau memberikan aku kebahagiaan, tak pernah aku merasakan sentuhan laki-laki yang nikmat seperti ini.”

“Dengan Nico, aku lebih hanya menjalankan kewajibanku, mempersembahkan badanku untuknya, dan tak mempunyai hak untuk menikmatinya.”, dengan perasaan getir yang dalam Tara mengucapkannya.

“Sudahlah, jangan kau ucapkan lagi, kita nikmati saja kebersamaan kita berdua, tak ingin rasanya keindahan ini terganggu dengan kekecewaan yang melintas di benak kita masing-masing.”

Dengan sentuhan dan belaian Harry, Tara terbangkit gairah nafsunya lagi, segera dia bangkit, di dorongnya pelah badan Harry yang berada diatasnya, direbahkannya badan Harry disampingnya. Tara menundukkan kepalanya di pipi Harry, dicium dijilatinya pipinya, menjalar kekupingnya, dimasukkannya lidahnya kelobang kuping Harry, sehingga Harrypun meronta menahan gairahnya; kemudian jilatan Tara turun kebawah sampai dipunting susu kiri Hari yang berambut, dibelainya dada Harry yang penuh dengan rambut kecil, sedang tangan kanannya memainkan puting yang sebelah kiri. Menggelinjang Harry mendapat sentuhan yang menyengat dititik rawannya yang merambatkan gairahnya itu, iapun mengerang, dan mendesah.

Kegiatan Tarapun semakin memanas dengan diturunkannya sapuan lidahnya sembari tangan Tara merangkak ke perut dan dimainkannya lubang pusar Harry sedikit ditekan kebawah dan kesamping, terus dilepaskannya dan dibelainya perut bawah Harry akhirnya sampai kekemaluan Harry yang sudah mengeras namun masih terbalut dc wana biru gelap. 


Kemudian dibuka, dielus lembut dengan jemari lentiknya batang kemaluan Harry, yang menentang ke atas berwarna kemerahan, kontras dengan kulit Harry yang putih, kepalanya pun telah berbening air birahi. Melihat keadaan yang sudah sangat menggairahkan tersebut, tak sabarlah Tara; segera menempelkan bibir hangatnya kekepala kontol Harry dengan penuh gelora nafsu, disapunya kepala kontol dengan cermat, dihisapnya lubang air seninya, hingga membuat Harry memutar-mutar kepalanya kekiri-kekanan dan mendongkak dongkakkan kepalanya menahan kenikmatan yang sangat indah tiada tara, adapun tangannya menjambak Tara.

“Tara kekasihku, dera nikmat darimu tak tertahankan, kuingin memilikimu seutuhnya Tara”

“Tara please berikan ini ditiap menit di kehidupanku jangan kau lari dariku sayangg, jangan kau lari dariku Tarraa”

Tarapun tidak menjawabnya, hanya lirikan matanya sambil mengedipkannya satu kearah Harry yang sedang kelojotan, sukmanya terbang melayang ke alam raya oleh hembusan cinta birahi yang tinggi, diiringi lagu “The four Season: Spring” dari Vivaldi.
Adapun tangan Tara memijat dan mengocoknya dengan ritme yang pelan dan semakin cepat, serta lidahnya pun menjilat seluruh permukaan kepala kontol tersebut, temasuk dibagian urat yang sensitive bagian atas sambil dipijat-pijatnya dengan penuh nafsu birahinya.

Sadar akan keadaan Harry yang semakin mendaki puncak kenikmatanya, dan dia sendiripun telah terangsang, denyutan memeknya telah mempengaruhi deburan darah ditubuhnya, dia lepaskan kuluman kontol Harry dan segera dia memposisikan dirinya diatas Harry menghadap dikakinya, dan dimasukkannya kontol tegang Harry dalam relung nikmatnya, segera diputar memompanya naik turun sambil tekan pijatnya dengan otot vagina sekuat tenaganya, ritme gerakannyapun ditambah sampai ke kecepatan maksimal.

Harrypun teriak, sementara Tarapun berfocus menikmati dera gesekan kontol Harry, yang menggesek G-spotnya berulang kali, menimbulkan dera kenikmatan nan indah sekali. Tangan Harrypun tak tinggal diam diremasnya pantat Tara yang bulat montok indah, dan dielus-elusnya anusnya, sambil menikmati dera goyangan Tara pada kontolnya akhirnya mereka berdua berteriak..

“Tara aku tak kuat lagi.. berikan kenikmatan lebih lagi Tara, denyutan di ujung kontolku sudak tak tertahankan.”

“Kau pandai seperti kuda binalku, kau liar sekali Tara, kau membuatku melayang Tara, aku mau keluar!”

Lalu disuruhnya Tara memutar badannya menghadap pada dirinya dan dibalikkannya Tara posisi tidur dibawah bersandarkan bantal tinggi dan menaikan kedua kakinya dibahunya, Harrypun bersimpuh di depan memek Tara, sambil mengayun dan memompa kontolnya dengan ritme yang cepat dan kuat, karena tak tahan lagi Harry akan denyutan diujung kontol yang semakin mendesak seolah mau meledak.

“Tara, please, let me release my valve, I am cumming, pleasee..”

“Tunggu Harry, orgasmeku juga mau datang sayang, kita sama-sama”

Akhirnya 

Creet, creet, creet, 

Tak tertahankan bendungan Harry jebol memuntahkan spermanya di vagina Tara, adapun bersamaan Tarapun mendengus dan meneriaknan erangan nikmatnya; segera disambarnya bibir Harry, dikulumnya dengan hangat dan disodorkannya lidahnya dalam rongga mulut Harry, seraya didekapmya badan Harry yang sama mengejang, basah badan Harry dengan peluh menyatu dengan peluhnya, terkulailah Harry didada Tara, sambil menikmati denyutan vagina Tara, yang kencang menyambut Orgasmenya yang sangat nikmat, selama ini belum pernah ia rasakan. Dibelainya rambut Tara dengan penuh kasih dan sayang, dikecupnya dahinya.

“Honey, Thank you, I love you so much, I want to grow old with you, please don’t go away from me, you make me a’live again.?

Mereka bangun dan digendongnya Tara dikamar mandi dan di mandikannya Tara dibawah shower dan disabuninya dengan lembut sebagai tanda terima kasihnya dimalam itu. Segera berpakaian mereka kembali, kemudian dihantarkannya Tara kerumah suaminya.

Ditemuinya Nico telah lelap di tempat tidur kembali dengan tenang dan damai, secepatnya tara berganti pakaian tidur, dan menyusul suaminya masuk dalam quiltnya dan mendekap Nico.

Karena nikmatnya permainan cinta malam itu, Tara bermimpi indah, bersama Harry semalaman. Sejak kejadian malam itu di pavilliun Harry, Tara selalu mendambakan belaian Harry dan ingin selalu merasakan kemaluannya yang menggeliat di dalam vaginanya, bila teringat hal itu Tara selalu menelan ludahnya dan tak jarang dia melamun sejenak dalam kesibukannya, segera terhenyak bila telephone berdering ataupun tersadar bila ia diburu dengan tanggung jawabnya.

back to top